Selasa, 12 Mei 2009 23:11
Segenap crew berusaha buat ngasih yang trbaik buat van lith, di hari peringatan yang sangat spesial bagi kami para calon pemimpin, cetakan SMA VAN LITH. Perjuangan begitu terasa namun samnagat dari masing – masing panitia gag bakal pernah putus samapi hari h itu tiba. Rasa hopeless emang pernah ada ketika dana sponsor hanya menjadi sebtas impian yang sulit dicapai dengan banyak faktor. Akhirnya si pemilik sawah memutuskan untuk terus melanjutkan event ini, beliau bersedia membiayai dengan potongan di sana sini. Kami berempat mencoba terus dan terus memotong beberapa bagian yang mana sudah sebagian besar kami take, dan gag bisa dibatalkan. Sampai sehari sebelum pelaksanaan Van Lith Cup, kami masih dibelenggu dengan pilihan dana dan tawaran yang sangat menyusahkan karena apabila ada satu pilihan yang dikorbankan maka rencana pelaksanaan ini bakalan gagal.
Dan hari H untuk van lith pun berjalan dimulai dari permasalahan hadiah, protes peserta yang dapat dihitung dengan jari, dan cuaca yang gag mendukung menjadi pelajaran berharga buat kami semua. Perlunyakematangan dan persiapan yang hebat buat ngewujudin sebuah event yang hebat. Dan hari H buat classical night, di mana penampilan siswa – siswi van lith dalam karya seni berupa, sendratari, teater, paduan suara, orkhestra, dan banyak lagi penampilan seni lainnya. Dekorasi yang begitu megah karya putra – putri van lith dan sedikit kebaikan orang lain suda menghias ruang aula. Tamu undangan yang begitu banyak dan gag dikira pun muali berdatangan. Kedatangan dan kepuasan mereka menonton acara ini merupakan kepuasaan tersendiri bagi kita para panitia. Tapi ada satu pengalaman yang gag bisa gue lupain, tentang sound system, tiga puluh menit sebelum pelaksanaan sound system belum terpasang juga oleh tim dari B’Bro Entertainment. Muka gag enak, monster, atau setan apalah itu nampak dari wajah Rikang as sayur katrok, yang saat itu jadi koordinator kegiatan malam itu, dan tahu kemana dia membang mukanya itu? Ke seorang kebonyengir yang paling gag suka digituin sama siapapun aja. “ Terserah kamu ya , mau dibawa kemana acara ini ... aku udah nyerahin ke kamu aja ...” Satu statement yang nancep dan bikin gue berulang kali nelpon si Seto, leader B’Bro entertainment. Akirnya mereka pun datang dan sesegera mungkin memasang peralatan sound system yang udah mereka bawa dari Jogja. Acara pun digelar, panitia berseragam drill mulai mengerjakan tugasnya masing – masing, termasuk gue yang saat itu jadi MC.
Berlanjut keesokan harinya, dengan pelaksanaan Electric Show. Di sini saatnya anak – anak band, dancer, sampai penampilan bintang tamu : Sastromoeni, Soudjiro, Unnamed, Ticco adn Friends, juag penampilan band SMA De Britto yang jadi finalis Jingle Dare Indomie. Juga pelaksanaan Dance Competition. Cukup meriah namun menyedihkan juga apalagi ketika seorang Kapolsek daerah SAWAH berkumis dan berbadan gendut datang dan menanyakan tentang izin pengadaan ticket. Seketika itu juga penjualan ticket sebesar Rp 5.000,00 diberhentikan karena emang gag dapet izin dari kepolisian setempat. Akibatnya ticket yang sudah dibeli dapat dikembalikan kembali, dan ditukarkan dengan uang sebesar Rp 5.000,00. Permasalah sound system di awal juga dirasakan oleh band penampil awal, Pisang Goreng, sorry banget , dan sekali lagi kita para sayur belajar banyak dari kejadian itu semua. Dan akhirnya acarapun berlangsung begitu meriah ketika para band tamu mulai memainkan musik dan penontonpun mosing di depan panggung. Apalagi ketika dancer, cheers, dan breakers van Lith unjuk gigi di depan. Salut buat penonton dan kerja keras panitia, perjuangan gag ada matinya para panitia Van Lith On The Road.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar